- Advertisement -
Pro Legal News ID
Ekonomi Bisnis

Menteri Airlangga : Program Santripreneur Sudah Diikuti 3000 Lebih Peserta

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

Jakarta, Pro Legal News – Kementerian Perindustrian (Kenenperin) terus melakukan berbagai pelatihan dan pembinaan untuk mendorong penumbuhan wirausaha industri baru di lingkungan pondok pesantren melalui program Santripreneur. Program ini diyakini mampu meningkatkan produktivitas masyarakat guna  memacu perekonomian nasional.

Melalui  program Santripreneur secara otomatis mendorong para santri, khususnya generasi milenial untuk bisa berindustri dan berkreasi. “Para santri pun terus mendapatkan berbagai program pelatihan,”  kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (8/2).

Langkah strategis ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0 dan mengambil momentum dari bonus demografi. Kemenperin mencatat, sepanjang tahun 2018, program Santripreneur telah menjangkau 16 ponpes dan membina sebanyak 3.220 santri.

Ke-16 ponpes itu, meliputi tujuh ponpes di wilayah Jawa Barat, lima ponpes di Jawa Timur, tiga ponpes di Jawa Tengah dan satu ponpes di Yogyakarta. Sefang program pembinaan dan pelatihan antara lain, mengenai industri daur ulang sampah,konveksi busana muslim, makanan dan minuman olahan.

Selain itu para santri juga diberi pelatihan kerajinan tangan, perbengkelan, pupuk organikcair dan pendampingan sertifikasi SNI garam beryodium. Kegiatan tersebut dirancang karena sudah ada komunitas dan keahlian yang cukup di sejumlah ponpes.

“Kalau bicara pesantren, kami juga mendorong ekosistemnya. Seperti di pesantren Jawa Barat diajarkan cara untuk membuat roti. Hasil produksi itu dikonsumsi oleh santri-santri di sana. Selain itu, produksi air minum dalam kemasan yang nantinya dikonsumsi para santri. Bahkan belajar tentang daur ulang sampah agar bisa menjadi bahan bakar untuk memasak,” ujar Airlangga.

Kemenperin pun pernah menjalankan pilot project Santripreneur, yakni program bimbingan teknis pengolahan ikan, pembuatan alas kaki dan pelatihan pembuatan lampu Light Emitting Diode (LED). “Santripreneur bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bertalenta di lingkungan pesantren. Ini menjadi bekal para santi untuk belajar mandiri dan berwirausaha sebelum terjun ke masyarakat,” imbuhnya.

Guna menyukseskan program Santripreneur, Kemenperin telah menggandeng Bank Indonesia (BI). Tujuannya  memfasilitasi inkubator bisnis syariah mengenai keuangan mikro syariah dan nonkeuangan seperti agrobisnis serta perdagangan dan jasa.

Inkubator bisnis syariah bertujuan untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui pemberdayaan ekonomi pesantren.

Beberapa program pelatihan yang diberikan, seperti motivasi usaha dan penyusunan bisnis plan, pelatihan Rapid Rural Appraisal (RRA), penyusunan Feasibility Study (FS), pelatihan strategi marketing, serta pelatihan hukum bisnis, fiqih mualah dan akad perbankan syariah.

“Pondok pesantren ikut berperan dalam mewujudkan kemandirian industri nasional,” tegas Airlangga.

Karenanya program Santripreneur ditargetkan menjadi salah satu wadah untuk menjembatani santri-santri yang memiliki jiwa wirausaha agar lebih inovatif dan berdaya saing.

Dalam hal ini, pemerintah mendorong para santri untuk memacu kemampuannya dalam berwirausaha. Diharapkan melalui peningkatan etos kerja, kreativitas dan inovasi, produktivitas, kemampuan membuat keputusan dan mengambil risiko serta kerja sama yang saling menguntungkan dengan menerapkan etika bisnis.

Tumbuhnya wirausaha industri baru dinilai akan memacu ketahanan ekonomi nasional semakin kuat. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Jokowi karena dapat membawa efek berantai terhadap perekonomian seperti peningkatan pada penyerapan tenaga kerja. “Kunci utama untuk jadi entrepreneur sukses ada dua, yaitu pintar dan perbanyak pertemanan,” ungkap Menperin.

Santri milenial

Menperin juga mengajak kepada generasi milenial termasuk para santri untuk menjadi wirausaha industri di sektor digital. Pasalnya, Indonesia ditargetkan masuk dalam jajaran 10 besar negara ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030, alah satunya diharapkan melalui kontribusi dari sektor industri digital.

Kemenperin telah menjalankan Lifeskill Program dan Pesantren Animation Center (PAC). Lifeskill Program. Kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni.

Mereka yang terpilih dari beberapa ponpes akan  dididik menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. “Sedangkan, kegiatan PAC untuk menyediakan wadah bagi para santri kreatif. Merek telah mendapatkan Lifeskill Program unruk  terus memproduksi karya digital animasi dan multimedia sehingga tercipta keberlanjutan program sebelumnya yang telah diberikan,” papar Airlangga.

Untuk mendorong penumbuhan industri kecil dan menengah (IKM) di era revolusi industri 4.0, Kemenperin juga telah merilis program e-Smart IKM. Program ini dapat diaplikasikan dalam kegiatan Santripreneur. “Program e-Smart IKM memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, santri milenial perlu memanfaatkan,” tuturnya.

Sejak diluncurkan pada Januari 2017, peserta yang telah mengikuti e-Smart IKM mencapai 4.925 pelaku usaha dengan total omzet sudah melampaui Rp1,39 miliar. Kemenperin pun terus memacu tumbuhnya unicorn, pelaku startup yang memiliki nilai valuasi di atas USD1 miliar.

Berdasarkan sektornya, industri logam mendominasi hingga 40,99% dari total transaksi di e-Smart IKM. Kemudian disusul dengan industri fesyen sebesar 30,13 persen  industri makanan dan minuman 23,50 persen, industri herbal 1,22 persen, industri furnitur 0,90 persen, serta industri kreatif dan lainnya 0,72 persen.

“Kami proyeksi, pesertanya akan terus bertambah. Pada 2017,kami menargetkan 1.000 pelaku usaha menjadi peserta e-Smart IKM. Ternyata antusiame dari para industri kecil sangat besar hingga realisasinya mencapai 1.730 IKM, kemudian pada 2018 terealisasi sebanyak 3.195 IKM,” paparnya.

Senentara Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Gati Wibawaningsih menyampaikan, Kemenperin menggagas platform e-commerce bertajuk e-Smart IKM sebagai salah satu upaya pemerintah membangun sistem database IKM. Progran ini diintegrasikan melalui beberapa marketplace yang sudah ada di Indonesia.

Menurut Gati, langkah strategis itu sejalan dengan implementasi pada 10 program prioritas nasional yang terdapat di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. “Pada poin ke-4, Kemenperin memfokuskan pemberdayaan UMKM yang di dalamnya termasuk sektor IKM. Ini untuk menyiapkan IKM kita memasuki era revolusi industri 4.0,” jelasnya.

Sampai saat ini, program e-Smart IKM yang diluncurkan sejak tahun 2017 telah dilaksanakan di 22 provinsi dengan melibatkan lima lembaga, yaitu BI, BNI, Google, iDeA serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain itu menggandeng pemerintah provinsi, kota dan kabupaten.

“Program e-Smart IKM juga telah bekerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia,” tutur Gati. ADV

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan