- Advertisement -
Pro Legal News ID
Opini

Say Love With Followers

Ilustrasi

Oleh : Gugus Elmo Ra’is

Sastrawan dan budayawan Inggris, William Shakespeare pernah membuat ungkapan yang sangat terkenal, say love with flowers (ungkapkan cinta dengan bunga).  Diantara  ungkapan bijak William yang terkenal juga ada, cintailah semua orang tetapi percayailah hanya beberapa. Dalam situasi politik yang memanas  seperti saat ini, maka tak ada salahnya bila kita  sedikit lebay dengan meminjam ungkapan Shakespeare  itu dan meng-upgrade nya, menjadi say love with followers (ungkapkan cinta bersama para pendukung).

Tanggung jawab untuk mengungkapkan cinta itu kini ada di tangan para pemimpin. Baik para pemimpin politik, pemimpin sosial maupun pemimpin keagamaan di semua level dan tingkat kepemimpinan. Secara actual, karena ada kompetisi politik sebagai proses suksesi kepemimpinan nasional telah membuat bangsa ini mengalami krisis cinta. Dalam dimensi politik dan sosial itu menjadi sangat berbahaya terhadap kohesivitas NKRI. Sementara dalam dimensi agama cinta tanah air dan bangsa itu adalah sebagian dari iman. Dan agama apapun pasti mengajarkan tentang kasih sesama demi terciptanya ukhuwah wathoniah (persaudaraan nasional). Dalam Islam sendiri, ajaran yang mengajak umatnya untuk mencintai tanah air termakthub dalam banyak surat dan ayat seperti QS Al Qhashas 85 serta beberapa hadits.

Heroisme, fanatisme  individu itu sangat penting. Karena itu menjadi karakter dan identitas seseorang sekaligus memperlihatkan  jika seseorang memiliki tingkat pemikiran dan pemahaman yang lebih terhadap keyakinannya. Sehingga seorang Descrates pernah mengeluarkan premis, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Dengan pengertian bahwa eksistensi seseorang itu dilihat dari sikap dan cara berpikirnya.

Tetapi heroisme dan fanatisme itu harus berhulu dari nasionalisme sebagai faham dan sikap  untuk mencintai tanah air. Seperti telah disinggung diatas cinta tanah air adalah sebagian dari pelaksanaan iman. Maka implementasi dari heroisme, dan fanatisme yang berhulu dari nasionalisme itu bersifat kontekstual. Karena menurut Ernest Andew Gellner, nasionalisme  itu adalah gagasan yang imaginer. Artinya cara mengekpresikan semangat nasionalisme setiap individu itu berbeda-beda tergantung dari profesi masing-masing.

Nasionalisme seorang penulis dan wartawan adalah menulis berita/artikel yang konstruktif dan memberi semangat perubahan yang positif. Sementara nasionalisme seorang Presiden bisa juga dengan cara tidak membiarkan bangsanya terkotak-kotak yang menimbulkan potensi terjadi perpecahan. Sedangkan nasionalisme aparat penegak hukum adalah dengan cara mengabdi demi kepentingan bangsa, bukan semata-mata demi kepentingan kekuasaan dan kelompok kepentingan.

Atau nasionalisme seorang tentara adalah menjaga wilayah NKRI dari kemungkinan adanya serangan musuh dari luar. Masyarakat biasa juga bisa menunjukan rasa nasionalismenya dengan cara menjaga lisan dan tindakan yang tidak menyinggung dan menyakiti orang lain, seperti yang marak terjadi di Medsos.Bila kita senantiasa menyatakan cinta tanah air dan NKRI, tetapi dalam keseharian kita selalu menghujat kelompok lain maka itu masuk kategori hipokritsme.

Maka krisis saat ini harus kita jadikan momentum  untuk perenungan terhadap jiwa nasionalisme kita. Apakah kita akan membiarkan bangsa kita tercabik-cabik demi sebuah kekuasaan yang absurd, atau justru ini menjadi titik balik kita untuk merapatkan barisan untuk menghadapi tantangan masa depan yang lebih komplek. Sehingga ukhuwah wathoniyah itu menjadi sangat krusial.

Karena semangat persaudaraan nasional yang begitu kuat, Soekarno sempat membiarkan dirinya dihujat habis-habisan oleh lawan-lawan politiknya, karena telah melaksanakan ‘perkawinan tabu’ antara nasionalisme, agama dan komunisme (Nasakom). Semua itu dilakukan demi keutuhan bangsa dan melawan imperialisme. Seharusnya kita mewarisi semangat itu, minus komunisme  yang telah mati untuk menjaga persatuan dan kesatuan  bangsa. Jadi pengadian terhadap bangsa dan negara jauh lebih penting daripada mengabdi pada Medsos yang bermuara terhadap perpecahan dan kehancuran bangsa.***

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan