- Advertisement -
Pro Legal News ID
Ekonomi Bisnis

Mewujudkan Pemerataan Dengan Membangun Kawasan Industri Konawe

Pembangunan Kawasan Industri Konawe (KIK) diperkirakan mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja lokal. Sumber daya alam yang melimpah bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini terus menggeliat, karena didukung sumber daya alam yang melimpah. Sektor pertanian dan perkebunan di wilayah ini mampu menghasilkan beragam komiditas seperti kopi dan kakao. Disisi lain, hasil tambang seperti marmer, nikel merupakan komoditas andalan yang belum tergarap secara maksimal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sektor pertanian hanya mampu menyerap tenaga kerja sekitar 47, 64 persen.
Sementara jumlah populasi usia produktif (15 tahun keatas) di wilayah ini cukup besar hingga mencapai sekitar 1,66 juta jiwa yang belum terakomodir di sektor formal. Hingga tahun 2015 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di daerah ini hanya berkisar 68,35 persen atau hanya berkisar, 1,074 juta jiwa. Maka untuk mengakomodir jumlah angkatan kerja yang besar serta untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, membangun Kawasan Industri Konawe (KIK) di Sulawesi Tenggara. Kawasan industri yang berada di wilayah Kecamatan Bondoala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ini memiliki luas sekitar 5500 Ha.
Nilai investasi pembangunan Kawasan Industri Konawe (KIK) ini diperkirakan mencapai Rp 28, 7 triliun. Pembangunan Kawasan Industri Konawe yang merupakan industri nikel yang terintegrasi ini diprediksi mampu menyerap tenaga kerja lokal hingga mencapai 18.200 tenaga kerja lokal. Hingga saat ini progres pembangunan kawasan industri tersebut sudah pada tahap land clearing. Proses pembebasan lahan itu dilakukan oleh PT Konawe Putra Proprtindo (KPP) yang telah ditunjuk sebagai pengelola awal kawasan industri tersebut. Lahan yang telah dibebaskan oleh PT KPP saat ini telah mencapai, 743,88 Ha. Untuk persiapan pengoperasian Kawasan Industri Konawe (KIK) itu Kementerian Perindustrian telah melatih 200 SDM.
Kawasan industri ini didukung infrastruktur yang memadai, seperti fasilitas Pelabuhan Bungkutopo yang berjarak sekitar 60 Km dari Kawasan Industri Konawe (KIK). Saat ini PT Pelindo IV sebagai pengelola Pelabuhan Bungkutopo terus melakukan pengembangan serta peningkatan kualitas layanan pelabuhan tersebut. Mengingat akses jalan yang masih sempit, panjang dan berliku, maka pemerintah akan berusaha untuk memperlebar akses jalan tersebut. Bahkan pengelola saat ini sedang membangun Jembatan Pohara II yang merupakan jembatan penghubung antara jalan akses baru dengan Kawasan Industri Konawe.
Selain fasilitas Pelabuhan Bungkutopo yang terus dibenahi sarana prasarananya, kawasan industri itu juga bisa memanfaatkan fasiltas Bandara Halouleo yang memiliki apron yang bisa dimanfaatkan oleh pesawat berbadan lebar sekelas Boing 737 atau Airbus A320. Bandara ini memiliki kapasitas penerbangan hingga 16 kali penerbangan perhari. Saat ini bandara ini melayani penerbangan yang memiliki rute Jakarta-Makassar-Wakatobi.
Disaat yang bersamaan dengan pembangunan Kawasan Industri Konawe pemerintah juga membangun smelter PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI). Pembangunan smelter dengan luas sekitar 700 Ha ini menelan biaya investasi hingga mencapai US $ 2 milyar. Smelter ini mampu menyerap 4000 tenaga kerja lokal serta 1500 tenaga kerja asing. Proses pembangunan smelter itu hingga saat ini terus berjalan tetapi dari aspek legalitas telah rampung seratus persen.
Dengan pembangunan Kawasan Industri Konawe (KIK) serta smelter PT VDNI, diyakini perekonomian Sulawesi Tenggara semakin menggeliat dan bergairah. Karena komoditas pertambangan di wilayah itu bisa dimanfaatkan secara maksimal sehingga secara otomatis akan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta menekan angka urbanisasi sekaligus mewujudkan pemerataan pembangunan. Advertorial

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan