- Advertisement -
Pro Legal News ID
Opini

Menanti Langkah  Humane General

Oleh : Gugus Elmo Rais

Stereotype militer sebagai institusi yang garang secara perlahan kini luruh dan menjadi institusi yang gahar. Sebelum  era reformasi, militer yang saat itu bernama ABRI adalah institusi yang dikenal sangat garang, sehingga sering memunculkan tragedi kemanusiaan, sebutlah adanya peristiwa DOM Aceh, traged Santa Cruz Dili, operasi militer di Papua serta tragedi Banta Kiah. Semua tragedi itu terjadi, karena pemerintahan Orde Baru cenderung bersikap represif terhadap setiap gerakan politik yang terjadi di masyarakat. Gaya pemerintahan yang  fasis itu tidak terlepas dari  sentuhan tangan Smilling General (Soeharto)  yang menganut faham stabilitas sebagai kunci utama pembangunan ekonomi nasional.

Pasca reformasi, terjadi perubahan yang sangat fundamental, terjadi perubahan nama ABRI dan kembali menjadi TNI serta pemisahan antara ABRI dengan Kepolisian sesuai dengan UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian serta pelarangan militer aktif terjun ke politik praktis. Semua penanganan gangguan Kamtibmas menjadi kewenangan Polri sekaligus menghapus nomenklatur  Operasi Teritorial sebagai salah tugas utama TNI atau yang kita kenal dengan idiom back to barack (kembali ke barak). Nomenklatur yang sempat membuat ABRI menjadi kekuatan yang sangat hegemonik selama Orde Baru dengan berbagai kemungkinan terjadinya penyimpangan.

Perubahan paradigma itu ternyata berpengaruh positif terhadap perilaku personil militer  menjadi lebih santun tetapi justru menampakan wajah yang gahar (dalam pengertian semakin kuat, sangar, manly) tetapi sarat dengan prestasi. Kemampuan  TNI kini sudah tidak diragukan lagi. Personil TNI mampu menjuarai  lomba menembak antar-negara Australian Army Skill-At-Arms Meeting (AASAM) 12 kali secara berturut-turut merupakan salah satu bukti kecil kemampuan TNI yang diakui dunia.

Prestasi itu menuai pengakuan  dari beberapa perwira tinggi legendaris Amerika seperti Jenderal (Purn) Mike Jackson (pemimpin pasukan Inggris saat menyerbu Irak), Jenderal (Purn) Tommy Franks (pemimpin Delta Forces saat Operasi Badai Gurun), Jenderal (Purn) Peter Pace (mantan Jenderal US Marine dan Kepala Staf Gabungan US) serta mahasiswa dari Universitas Dallas, dalam acara talk show di TV ABC 13, Texas yang bekerjasama dengan Universitas, Dallas, Texas tahun 2015 lalu bisa menjadi bukti jika militer Indonesia sangat diperhitungkan. Dan ketiga-tiganya menyatakan jika tidak lama lagi militer Indonesia akan menjadi kekuatan militer terbesar dan tertangguh di dunia.

Proses evolusi yang terjadi dalam tubuh TNI tidak terlepas dari perubahan  kontitusional tetapi juga ada kontribusi besar yang diberikan oleh sejumlah Perwira Tinggi TNI, salah satunya  adalah Jenderal TNI Andika Perkasa, S.E, M.A, M.Sc, M.Phil., Ph.D yang menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak tanggal 22 November 2018. Alumni Akademi Militer tahun 1987 telah melakukan kebijakan yang sederhana tetapi cukup fundamental yang mungkin tidak pernah terpikir oleh para pendahulunya.

Perwira tinggi TNI kelahiran di Bandung, Jawa Barat, 21 Desember 1964 ini sering turun ke bawah  untuk melihat para personilnya  yang kehidupannya masih memprihatinkan. Tak jarang, Andika memberikan atensi khusus terhadap anak buahnya. Tindakan yang mengingatkan kita kepada salah satu Jenderal TNI legendaris yakni Jenderal M Yusuf. Tetapi Andika juga bisa bersikap sangat tegas terhadap anak buahnya yang melakukan pelanggaran.

Seperti misalnya Andika yang tanpa segan-segan menghukum 67 anak buahnya yang diduga  terlibat dalam penyerbuan Mapolsek Ciracas, awal 2020 lalu. Mereka bahkan selain diberi sanksi pidana juga dihukum untuk memberikan ganti rugi terhadap para korban. Pemberian sanksi yang tidak pernah dilakukan oleh para pendahulunya. Sikap Andika itu didasari keinginan untuk membangun perilaku jajarannya agar tidak bersikap arogan, terhadap setiap elemen masyarakat. Sehingga langkah itu bisa dinilai sebagai kontribusi terbesar untuk membangun TNI sebagai institusi yang gahar tetapi sejuk. Maka tidak berlebihan jika Andika layak diberi julukan sebagai Humane General (Jenderal Manusia).

Wawasan kognitif yang dimiliki oleh Andika itu tidak terlepas dari latar belakang pendidikannya yang cukup prestise dan beragam. Andika tercatat menjadi alumni beberapa perguruan tinggi ternama seperti, The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA),National War College, National Defense University (Washington D.C., USA), Harvard University (Massachusetts, USA), The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington D.C., USA).

Kemampuan Andika dalam membangun militer yang sejuk juga tidak terlepas dari rekam jejaknya yang panjang dalam meniti karier di militer. Andika Perkasa, mengawali kariernya sebagai perwira pertama Infanteri di jajaran korps baret merah(Kopassus) Grup 2 /Para Komando dan Satuan-81 /Penanggulangan Teror (Gultor) Koppasus selama 12 tahun, dan setelah penugasan di Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Mabes TNI-AD kembali bertugas di Koppasus sebagai Komandan Batalyon 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha.

Jabatan sebelumnya sebagai perwira menengah (pamen) pada kepangkatan Kolonel (Inf.) adalah Sespri Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Komandan Resimen Induk (Danrindam) Kodam Jaya/Jayakarta di Jakarta, Komandan Resor Militer (Danrem) 023/Kawal Samudera Kodam I/Bukit Barisan berkedudukan di Kota Sibolga, Provinsi Sumatra Utara. kemudian di promosi ke jabatan perwira tinggi (pati) dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI-AD (Kadispenad), Jakarta pada tanggal 25 November 2013 berdasarkan Keputusan Panglima TNI No. Kep/871/XI/2013 tanggal 8 November 2013

Perwira tinggi visioner ini  juga mengoleksi sejumlah penghargaan  bergengsi seperti, Bintang Dharma (2018),Bintang Kartika Eka Paksi Utama (2019), Bintang Jalasena Utama (2019), Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama (2019), Bintang Bhayangkara Utama (2019),Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya,Bintang Kartika Eka Paksi Naraya, SL. Dharma Bantala.

Maka bila melihat track reccordnya yang panjang dan  gemerlap bertaburan bintang itu, sudah selayaknya bila Andika memasuki palagan yang lebih luas dan bukan hanya sekedar hanya mengunjungi dari barak satu ke barak lainnya.***

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan