- Advertisement -
Pro Legal News ID
Nasional

Lain Partai, Lain Sanksi

Kasus slip of tounge (silap kata) kini menyeret sejumlah politisi dalam pusaran konflik. Namun setiap partai memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi kadernya yang keseleo lidah.

Dua kader dari partai yang berbeda telah mengeluarkan pernyataan yang memantik perseteruan baru dalam jagad politik nasional. Pernyataan keduanya telah memancing kemarahan dari partai lain yang menilai pernyataan itu mengandung unsur penistaan dan pencemaran nama baik. Tetapi masing-masing partai yang menjadi induk semangnya memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi konflik itu.

Politisi  yang kini kesandung kasus slip of tounge adalah, Waketum Gerindra, Arief Puyuono. Akhir Juli lalu, tepatnya Senin (31/7)  politisi ini membuat pernyataan yang membuat panas kuping para politisi dari PDIP. Pasalnya, Arief menyatakan jika, “Wajar saja jika PDIP sering disamakan dengan PKI karena sering menipu rakyat”. Namun keesokan harinya Arief bergegas menemui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengkalrifikasi serta meminta maaf atas pernyataannya itu. Bahkan, Arief sempat membuat pernyataan minta maaf di atas materei Rp 6000. “Bersama ini terkait pemberitaan di media yang menyebutkan pernyataan saya yang mengatakan, “Wajar saja jika PDIP sering disamakan dengan PKI kaarena sering menipu rakyat” dengan ini saya mengklarifikasi jika saya tidak bermaksud mengatakan bahwa  PDIP adalah PKI dan menipu rakyat’ itulah kutipan pernyataan Arief Puyuono.

Konon permintaan maaf Arief itu atas instruksi langsung dari Ketum Gerindra, Prabowo Soebianto yang merasa jika pernyataan itu akan mengganggu hubungan antara PDIP dengan Gerindra.    Meski Arief telah meminta maaf, para kader PDIP dah terlanjur meradang. Makanya, Sekjen PDIP, Hasto Kristianto akan menempuh jalur hukum dan memperkarakan  Arief Puyuono.

Dalam internal partaipun sikap para kader atas pernyataan Arief Puyuono cukup beragam. Namun pernyataan itu ditengarai akan menjadi dasar bagi para petinggi Gerindra untuk memberi sanksi terhadap Arief. Bahkan Waketum Gerindra, Fadli Zon menilai jika pernyataan Arief itu  telah melampaui batas. Menurut Fadli, selain partainya telah menegur Arief, persoalan itu akan dibawa ke Mahkamah Partai. Artinya sanksi kini telah menanti Arief Puyuono.

Tak berbeda dengan Arief, Ketua Fraksi Nasdem  di DPR RI, Viktor Laiskodat juga telah tersandung kasus slip of tounge (keseleo lidah). Dalam kunjungannya ke Daerah Pemilihan ( Dapil), NTT, Viktor menyatakan jika empat partai  seperti Demokrat, PAN, PKS dan Gerindra mendukung khilafah. Konon asumsi dari pernyataan itu adalah penolakan keempat partai itu tehadap Perpu yang dikeluarkan pemerintah untuk melarang ormas.

Sontak pernyataan itu mengundang kemarahan para kader dari keempat partai itu.  Salah satunya adalah dari Waketum Gerindra, Fadli Zon yang mengecam pernyataan itu melalui akun twiternya, “Pernyataan Ketua Fraksi Nasdem dalam pidato di NTT telah masuk dalam ranah SARA, juga fitnah yang kejam terhadap Gerindra dan merupakan provokasi yang bodoh dan murahan,” ujar Fadli Zon dalam akun twiternya @fadlizon. Bahkan atas pernyataan Viktor itu beberapa kader dari keempat partai itu telah mengadukan Viktor Laiskodat, ke Bareskrim Mabes Polri. Dengan tuduhan Viktor telah mencemarkan nama baik sekaligus menyebarkan kebencian.

Uniknya, berbeda dengan sikap partai terhadap Arief Puyuono, yang ramai2 menegur kadernya sekaligus menyiapkan sanksi atas kasus keseleo lidah. Sikap Partai Nasdem justru terkesan sebaliknya. Para kader partai yang memiliki jargon restorasi itu justru membela dan terkesan melindungi Viktor. Bahkan Partai Nasdem memberikan  bantuan hukum terhadap Viktor, “Jelas dong memberikan bantuan (bantuan hukum) kan kita satu kesatuan, beliau bertugas di NTT dalam rangka reses bertemu dengan konstituen. Kemudian di sana menyampaikan kegelisahanya di masyarakat, bahwa sudah banyak terjadi intoleransi oleh banyak oknum oknum LSM, kemudian ada celetukan lalu dijawab,” ujar Irma Suryani, salah satu Ketua DPP Partai Nasdem.

Sikap para kader Partai Nasdem juga nyaris seragam, yang menyatakan jika pernyataan Viktor itu dalam konteks untuk melindungi bangsa dan negara dari sikap-sikap intoleransi yang akhir-akhir ini marak terjadi. Sehingga kemungkinan Viktor Laiskodat memperoleh sanksi dari internal partai  tidak mungkin terjadi. Berbeda dengan Arif Puyuono yang saat ini berharap-harap cemas akan mendapat hukuman dari partainya sendiri. tim

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan