- Advertisement -
Pro Legal News ID
International

Krisis Qatar Gejolak Baru Di Jazirah Arab

Semenanjung Arab kembali mengalami turbulensi (gejolak). Babak baru perebutan hegeomi antara Arab Saudi dengan Iran.
Awal Juni lalu dunia diguncang dengan pemutusan hubungan diplomatik secara serentak antara beberapa negara di Jazirah Arab dengan Qotar. Pemutusan hubungan diplomatik itu dimotori oleh Kerajaan Arab Saudi. Pasalnya, Qatar dinilai mendukung gerakan-gerakan radikal seperti Ikhwanul Muslim, Taliban dan Al Qaedah. Sontak pemutusan hubungan diplomatik ini menimbulkan kekhwatiran dunia akan timbulnya gejolak baru di Jazirah Arab, setelah Suriah, Irak terjerembab dalam perang saudara.
Apalagi Presiden Turki, Ercip Erdogan telah menginstruksikn tentaranya untuk mendukung Qatar.Krisis di Semenanjung Arab seakan menjadi babak baru perseteruan antara Arab Saudi dan Iran yang selama ini dikenal tidak pernah akur. Maklum keduanya memiliki ideologi yang berseberangan, Arab Saudi notabene dikuasai oleh pemerintahan yang manganut faham Sunni sementara Iran adalah penganut Syiah. Keduanya kerap berseteru dalam hal pengelolaan kota suci Mekkah
Perseteruan itu semakin memuncak menjadi pertempuran terbuka dalam perebuatan kekuasaan antara pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi. Hingga saat ini konflik di Yaman itu juga belum memiliki tanda-tanda akan mereda. Konflik Yaman belum juga mereda hubungan keduanya kembali berseteru dalam konflik di Suriah.Dalam konflik dii Suriah, pemerintah Iran cenderung mendukung rezim Bashar al Ashad yang notabene sebagai penganut Syiah. Ekskalasi konflik itu semakin meluas setelah Suriah berhasil mengail dukungan dari Rusia selain iran yang menjadi sekutu utamanya.
Hubungan kedua negara itu semakin memburuk setelah melihat Qatar cenderung mendukung gerakan-gerakan radikal seperti Ikhwanul Muslim dan Taliban. Padahal beberapa negara di kawasan itu telah jauh-jauh hari membubarkan dan melarang gerakan Ikhwanul Muslim yang didirikan oleh Hassan al Banna di Mesir itu. Sikap politik Qatar ini memang unik, sekalipun membina hubungan dengan Amerika Serikat secara baik tetapi disisi lain Qatar juga membina hubungan dengan gerakan-gerakan radikal.
Bahkan Qatar juga kerab dinilai kebablasan, selain membina hubungan dengan gerakan-gerakan radikal, libelaralisme di Qatar juga tercermin dalam menjalankan kebebasan pers. Salah satu buktinya, Qatar menjadi basis media radikal seperti Al Jazerra,. Ketegangan dikawasan ini konon juga dipicu oleh kecemburuan Arab Saudi dengan Qatar. Salah satunya adalah peerjanjian eksplorasi gas antara Qatar dengan Iran. Bahkan dalam berbagai forum para petinggi Qatar secara terang-terangan kerab memuji Iran.
Krisis di kawasan ini dikahawatirkan akan semakin meluas. Apalagi bila Israel juga ikut nimbrung. Maklum hubungan antara Iran bersama dengan sekutu-sekutanya dengan Israel serta Amerika itu tak ubahnya seperti hubungan antara Tom & Jerry (kuncing dan anjing). Maka bila ekskalasi itu semakin meluas akan menggannggu stabilitas di kawasan itu. Serta perekonomian Qatar secara umum. Seperti diketahui meski Qatar masuk dalam kategori negeri petro dollar, karena memiliki cadangan gas terbesar ketiga di dunia, namun Qatar sangat tergantung dari para tetangganya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Uniknya meski hubungan diplomatik antara Qatar dan Iran berada pada titik didih, namun huubungan dagang antara keduanya tetap berjalan. Beberapa kebutuhan pokok Qatar hingga saat ini disuplay dari Arab Saudi. Bahkan kebutuhan susu segar yang dipasok untuk rakyat Qatar juga berasal dari Arab Saudi. tim

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan