Bekasi, Pro Legal– Nasib tragis dialami seorang siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Tambun Selatan, Bekasi, berinisial F yang terpaksa harus diamputasi kakinya usai mendapat perundungan (bully) dari temannya. “Diamputasinya itu hari Kamis minggu lalu di Rumah Sakit Dharmais,” ujar Kuasa Hukum F, Mila Cheah, Rabu (2/11).
Menurut Mila peristiwa itu bermula ketika F disleding oleh salah satu temannya saat jam istirahat pada Februari 2023. Kala itu, F yang masih duduk di bangku kelas 6 diajak oleh teman-temannya sekitar lima orang untuk membeli jajan di dekat kantin sekolah.
Saat tengah berjalan santai dan bergurau, salah satu teman menjegal kaki atau mensleding F hingga jatuh tengkurap. Lutut dan tangan F pun terluka. “Setelah jatuh, F bukannya ditolongin malah dibully sama temen-temen yang lain termasuk si pelaku. ‘Ah cupu lu gitu aja nangis. Awas lu kalau sampai ngomong sama mamah lu. Dasar lu anak mami’,” ujar Mila.
F pun berjalan merangkak dan berdiri sendiri untuk mencari es batu di warung terdekat. Es batu itu ia gunakan untuk mengompres kaki dan tangannya yang terluka.
Setelahnya, F kembali ke kelas. Namun, F lagi-lagi dirundung oleh temannya. Sepulang sekolah, F tak menceritakan kejadian yang dialami kepada ibunya. Sebab, F takut dengan ancaman teman-temannya. “F enggak jadi jajan, kembali ke kelas. Di kelas pun justru malah dibully bukannya ditolong atau bagaimana. F pulang tidak menyampaikan apapun ke mamahnya karena sudah diancam sama teman-temannya,” ujarnya.
Mila kembali menerangkan jika beberapa hari kemudian, F merasakan sakit pada kakinya. Usai dibujuk oleh sang ibunda, Diana, F pun menceritakan peristiwa yang ia alami.
Diana lantas mengompres kaki F dengan air hangat untuk meredakan sakit di kaki anaknya. Namun, sakit pada kaki F tak kunjung sembuh. Diana membawa F ke rumah sakit yang tak jauh dari kediamannya. Usai dilakukan pemeriksaan, F didiagnosa infeksi pada kaki. “Setelah itu F masuk sekolah pakai tongkat. Setelah pakai tongkat itu pun masih dibully sama temennya. Kayak kakek-kakek lah kayak apa lah. Akhirnya F enggak mau sekolah,” ujar Mila.
Kaki F semakin membengkak, Diana kemudian membawa F ke Rumah Sakit Hermina. F didiagnosa kanker tulang dan tindakan yang harus dilakukan yakni amputasi.
Namun, Diana ragu dengan hasil diagnosa tersebut. Diana membawa F ke Rumah Sakit Pondok Indah. Tetapi sama saja, dokter mendiagnosa F mengalami kanker tulang. “Dibawa lagi ke Rumah Sakit Cipto didiagnosanya sama. Semuanya menyampaikan hasilnya sama, dan tindakan satu-satunya penyelamatan hanyalah amputasi,” ujar Mila.
“Masih enggak percaya lagi. Dibawalah ke Rumah Sakit Dharmais. Ternyata benar di Dharmais ya memang tindakan akhir di situ (amputasi). Tidak ada solusi lain karena merambatnya sudah sampai atas,” imbuhnya.
Atas diagnosa kanker tulang itu, kaki F diamputasi pada Februari lalu. F mengalami mental breakdown lantaran harus merelakan salah satu kakinya. “Kondisinya sekarang mental down, dari H-2 sebelum operasi sampai hari ini enggak mau makan. Setiap kali melihat kakinya masih pengaruh obat jadi ‘aduh mah kaki aku kesemutan’. Kakinya udah enggak ada, tapi bilangnya kesemutan. Jadi dia masih merasa kakinya ada,” tutur Mila.(Tim)