- Advertisement -
Pro Legal News ID
Nasional

Didi Mahardika Dikukuhkan Sebagai Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Persahabatan Indonesia Korea

Ketua Umum PPKI, Teguh Santosa menyerahkan kenang kenangan kepada Dubes Ang Kwan Il seusai acara pengukuhan (Ist)

Jakarta, Pro Legal– Cucu dari Presiden Pertaman RI, Soekarno, M  Mahardika Soekarno (Didi Mahardika) telah dikukuhan sebagai Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Persahabatan Indonesia Korea, Periode 2023-2028  oleh  Duta Besar Republik Demokratik Rakyat Korea  Ang Kwan Il. Acara pengukuhan itu dilaksanakan pada Selasa, 28 November 2023 di Kantor Perhimpunan Persahabatan Indonesia Korea, Jalan Talang No  1. Jakarta Pusat.

Dalam sambutannya  Didi menyatakan jika bergabungnya dia ke Perhimpunan Persahabatan Indonesia Korea adalah dalam rangka meneruskan langkah dari ibundanya,  Rachmawati Soekarnoputri dan meneruskan cita cita yang dirintis oleh Kakeknya, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dan Presiden pertama Korea, Kim Il Sung untuk mempererat hubungan Rakyat Indonesia dan Rakyat Korea,

Sementara Teguh Santosa  menjadi Ketum Perhimpunan Persahabatan Indonesia dan Korea Utara. Dengan bergabungnya Didi dan Teguh bisa dikatakan  jika Perhimpunan Persahabatan Indonesia dan Korea Utara (PPIK) memasuki era baru. Seperti diketahui  dalam rapat yang digelar Senin siang (14/2) di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, telah diputuskan pergantian pucuk pimpinan organisasi yang didirikan mendiang Rachmawati Soekarnoputri itu.

Teguh Santosa yang sejak 2009 menduduki posisi Sekretaris Jenderal dalam rapat tersebut ditetapkan sebagai Ketua Umum (Ketum). Adapun Ristiyanto yang digantikannya kini menempati posisi Ketua Dewan Pembina mengisi kursi kosong Rachmawati Soekarnoputri yang meninggal dunia bulan Juni 2021 lalu.

Dalam struktur kepengurusan nama Ristiyanto akan didampingi Eko Surjo Santjojo menjadi Ketua dan Wakil Dewan Pembina.

Rapat pemilihan itu  digelar sebelum pembukaan e-seminar dan pameran foto virtual untuk mengenang 80 tahun Kim Jong Il, salah seorang tokoh penting Korea Utara yang adalah ayah dari pemimpin Korea Utara saat ini Kim Jong Un. Terlihat Rektor UBK. DR Didik Suharyanto juga hadir dalam pertemuan itu.

Hasil rapat PPIK dilaporkan Ristiyanto kepada Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea An Kwang Il usai pembukaan e-seminar dan pameran foto virtual tersebut. “Perhimpunan Persahabatan Indonesia dan Korea Utara, seperti halnya Universitas Bung Karno (UBK), adalah buah dari pikiran dan idealisme almh. Ibu Rachmawati yang harus terus kita lestarikan,” ujar Ristiyanto dalam laporannya kepada Dubes An Kwang Il.

Ristiyanto dalam rilisnya di Jakarta, mengatakan, dirinya percaya PPIK akan semakin berkibar di bawah kepemimpinan Teguh Santosa. Apalagi, dia menambahkan, selama ini Teguh memainkan peranan yang tidak kecil di balik berbagai kegiatan dan kampanye yang dilakukan PPIK. Selain itu, Teguh Santosa juga dikenal luas di komunitas persahabatan Korea Utara di dunia.

Sementara Teguh Santosa  yang menjadi Ketum PPIK mengatakan, setelah ini PPIK akan semakin membuka diri bagi generasi muda, khususnya mahasiswa yang ingin memperdalam pemahaman mengenai kawasan dan situasi di Semenanjung Korea.

Seperti diketahui PPIK didirikan Rachmawati Soekarnoputri pada tahun 2001, setelah kunjungan ke Pyongyang setahun sebelumnya. Adalah putri Bung Karno itu yang “menghidupkan” kembali hubungan kedua negara setelah era Orde Baru.

Di era Bung Karno, hubungan Indonesia dan Korea Utara sangat erat. Pendiri Korea Utara Kim Il Sung berkunjung ke Indonesia di bulan April 1965. Salah satu cerita yang populer dari kunjungan itu adalah tentang bunga anggrek yang diserahkan Bung Karno kepada Kim Il Sung. Oleh Bung Karno anggrek dendrobium itu diberi nama Bunga Kimilsung.

Kunjungan Kim Il Sung yang didampingi Kim Jong Il di tahun 1965 itu adalah balasan atas kunjungan Bung Karno di bulan November 1964.

Itu adalah era di mana pemerintahan Bung Karno memperkenalkan Poros Jakarta-Peking-Pyongyang sebagai arah politik luar negeri Indonesia di kawasan. Setelah kekuasaan Bung Karno berakhir, cerita manis Indonesia dan Korea Utara pun pudar.

Teguh Santosa bergabung dengan PPIK sejak organisasi itu berdiri. Pada tahun 2003, Teguh menjadi utusan khusus Rachmawati untuk menghadiri satu pertemuan di Pyongyang.

Di tahun 2015 Teguh kembali mengunjungi Korea Utara sebagai utusan khusus Rachmawati Soekarnoputri. Kali ini dia menyerahkan penghargaan Star of Soekarno untuk Kim Jong Un yang diserahkan kepada Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea ketika itu, Kim Yong Nam.

Di bulan April 2018 Teguh Santosa berperan besar dalam konser perdamaian yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) bersama pendiri Museum Rekor Indonesia-Dunia (MURI) Jaya Suprana. Konser perdamaian itu menampilkan pianis cilik dari Korea Utara, Coe Jang Hung, dan mendapatkan sambutan meriah.

Tidak hanya di Korea Utara, Teguh juga aktif membicarakan perdamaian di Semenanjung Korea di Korea Selatan. Pada Maret 2019, misalnya, ia berbicara mengenai peranan media dalam perdamaian di Semenanjung Korea dalam konferensi yang diselenggarakan Asosiasi Wartawan Korea Selatan di Seoul.

Dalam kesempatan itu, Teguh mengimbau agar siapapun yang berusaha untuk memahami situasi yang terjadi di Semenanjung Korea melepaskan “combative lens” atau kacamata tempur yang cenderung melihat berbagai hal dari sudut pandang konflik.

Sejak Mei 2021 Teguh dipercaya menjadi Direktur Biro Informasi Publik Komite Asia-Pasifik untuk Reunifikasi Damai Korea Korea (APRCPRK), dan kini juga aktif di Organizing Committee of International Festival in Praise of the Great Persons of Mt. Paektu (OCIFPGPP).(gus)

 

prolegalnews admin

Tinggalkan Balasan