Jakarta, Pro Legal – Pernyataan Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat yang mengatakan jika Pasangan Capres-Cawapres, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka merupakan cerminan neo Orde Baru (Orba) memancing polemik dan disayangkan oleh banyak pihak. Mantan Wagub DKI Jakarta itu dianggap ‘panik’ dalam menghadapi konstelasi politik yang terjadi sehingga mengeluarkan pernyataan yang menyerang Paslon (pasangan calon lain).
Salah satu tokoh yang menyayangkan pernyataan itu adalah putra Rachmawati Soekarno putri, atau Cucu Bung Karno, M Mahardika Soekarno. Dalam keterangan tertulisnya Mahardika menyatakan jika sudah seharusnya dikotomi antara Orla, Orba maupun Orde Reformasi itu sudah selesai. Pilpres 2024 adalah ajang kontestasi dari putra-putri terbaik bangsa yang memiliki komitmen untuk membangun bangsanya. Sehingga publik bisa menilai komitmen itu melalui gagasan atau ide-ide yang ditawarkannya, sehingga tokoh itu bisa dinilai layak atau tidak untuk dipilih sebagai calon pemimpin bangsa.
Wakil Sekjen DPP Gerindra ini menambahkan jika periode kepemimpinan dari para pemimpin itu adalah sunnatullah yang harus dijalani. Artinya setiap orang/pemimpin itu ada masanya atau eranya dan setiap masa atau era itu pasti ada pemimpinnya, sehingga ukuran leadership itu sangat relative dan tergantung dari tingkat kebutuhan masyarakat saat itu. Sehingga pemimpin itu bisa melahirkan generasinya.
Sehingga Caleg dari Dapil 6 Jawa Timur ini berharap setiap tokoh bisa bersikap santun dalam berpolitik agar bisa menjadi tauladan dan bisa memberikan pendidikan politik yang baik terhadap para konstituennya. Dan Mahardika juga berharap jika setiap pihak harus bisa bersikap legowo, siapapun yang akan terpilih nantinya harus tetap didukung agar para pemimpin itu bisa meninggalkan legacy yang baik buat bangsanya sekaligus menciptakan kesinambungan pembangunan yang semua bermuara pada satu tujuan yakni demi terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan sila kelima Pancasila.(gus)